Daftar 7 Diktator Yang Paling Gila Dan Kejam Di Era Modern Ini.
08
Kamis,
November
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan daftar diktaktor paling "gila"
dalam 30 tahun terakhir ini, gila dalam artian tidak peduli dengan
kemiskinan rakyat yang dipimpinnya dengan terus menerus memeras rakyat
dan bahkan tidak segan untuk membunuh lawan politiknya atau orang-orang
yang dinilai menentang kepemimpinan mereka. Jadi ada benarnya juga
pepatah barat yang mengatakan "Absolute Power Corrupts Absolutely", hal
itu benar-benar terjadi di negara yang mereka pimpin.
1. Nicolae Ceausescu
Nicolae Ceausescu adalah Sekretaris Jendral dari Partai Komunis Romania
pada tahun 1965-1989. Lahir dari keluarga petani sederhana pada tahun
1918. Pada usia 11 tahun, ia bekerja pada sebuah pabrik di kota
Bucharest dan mulai aktif mengikuti kegiatan kaum sosialis. Di awal
tahun 1930-an, ia bergabung dengan gerakan revolusi kelas pekerja. ia
sering keluar masuk penjara karena kegiatan pemborantakannya ini. Dan di
penjara inilah, ia bertemu dengan Gheorghiu-Dej, pemimpin gerakan
komunis Romania yang kemudian berhasil menggulingkan pemerintahan
Romania saat itu. Pada tahun 1965, Gheorghiu-Dej ditemukan meninggal
mendadak dan memberikan tempat kepada Ceausescu untuk memimpin Romania.
Ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja sehingga memiliki kekuasaan
absolut, sangat bertolak belakang dengan aliran komunisme yang dianut
partainya, yang tidak mengakui aliran monarki/kerajaan. I menyebut
dirinya "The Genius of The Carpathians".
Saat negaranya merasakan
kemiskinan akibat hutang luar negeri yang sangat tinggi, dimana rakyat
sampai harus antri untuk mendapatkan roti, Ceausescu hidup berlimpah
tanpa kekurangan makanan. Ia juga memerintahkan untuk membangun gedung
terbesar di dunia untuk parlemen, yang oleh pemerintahan sekarang pun
hanya digunakan 30% dari gedung tersebut saking besarnya.Kegilaan
lainnya, Ceausescu menuntut semua ilmuwan di Romania untuk menyertakan
nama istrinya dalam semua penelitian mereka, padahal istrinya bukan
seorang ilmuwan atau yang berpendidikan tinggi, istrinya malah cenderung
buta huruf. Ia juga mengklaim anaknya, Nicu telah menerbitkan beberapa
penelitian mengenai Fisika Nuklir.
Kediktaktorannya berakhir setelah
rakyat melakukan revolusi pada Desember 1989, Ceausescu dan istrinya
berusaha melarikan diri namun akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman
tembak mati dan merupakan hukuman tembak mati terakhir karena pada tahun
1990 hukuman dengan cara tersebut dilarang oleh pemerintah Romania.
2. Rafael Trujillo
Rafael Trujillo merupakan diktaktor dari Republik Dominica, salah satu
negara di kepulauan Karibia. Ia berkuasa sebagai presiden dari tahun
1930-1938 kemudian berkuasa kembali pada tahun 1932 hingga 1942. Ia
merupakan salah satu dari sekian diktaktor yang mengklaim dirinya adalah
Tuhan kepada rakyatnya. Ia memerintahkan semua gereja memasang tulisan
"God in Heaven, Trujillo on Earth". Ia menyelenggarakan sebuah acara
bernilai 30 juta US dollar dengan nama "Fair of Peace and Fraternity of
the Free World" dan dalam acara tersebut, ia menunjuk putrinya sebagai
Ratu (Queen). Ia juga menunjuk putranya yang berumur 3 tahun sebagai
Kolonel. Ia melakukan kampanye untuk istrinya agar terpilih untuk
mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang Sastra, meskipun istrinya
buta huruf. Ia mengeluarkan aturan semua plat mobil harus bertuliskan
"Viva Trujillo" dan yang tak kalah gilanya, ia mempromosikan putranya
yang masih sangat muda menjadi seorang Jendral.
Salah satu
kebijakannya yang terkenal adalah "open door policy", kebijakan yang
berkaitan dengan penerimaan pengungsi Yahudi dari Eropa, pengungsi
Jepang dan Spanyol. Dengan kebijakan tersebut sebetulnya ia juga
mengembangkan kebijakan unik mengenai rasisme di negaranya, yang dikenal
dengan "antihaitinismo (anti haiti)", targetnya adalah menghabisi
orang-orang Haiti berkulit hitam, termasuk juga rakyat Dominica yang
berkulit lebih gelap. Pada tahun 1937, ia memerintahkan untuk menyerang
perbatasan Haiti dan membunuh lebih dari 10 ribu rakyat Haiti yang
mencoba melarikan diri. Jumlah korban secara pasti sampai saat ini tidak
dapat dipastikan, diperkirakan 20 ribu sampai dengan 30 ribu orang.
Penyerangan ini disebut dengan Pembantaian Parsley.
Kediktatorannya
berakhir ketika ia dibunuh pada 30 Mei 1961 oleh sekumpulan orang yang
berjumlah 11 orang, yang menurut penelusuran diotaki oleh CIA, Amerika
Serikat, meskipun tentunya disanggah oleh pihak CIA.
3. Idi Amin
Idi Amin adalah diktaktor dari Uganda, Afrika yang berkuasa pada tahun
1971-1979. Ia memulai karir politiknya ketika ia bergabung dengan King's
African Rifles (KAR), tentara koloni Inggris di Afrika. Ia
menggulingkan Perdana Mentri Milton Obote dengan tuduhan korupsi, ia
bersama tentara yang pro kepadanya menyegel Bandara Udara Enttebe ketika
sang Perdana Mentri menghadiri kongres Commonwealth di Singapura.
Seminggu setelah kudeta yang dilakukannya, Amin mengangkat dirinya
sendiri sebagai Presiden Uganda. Tidak hanya berhenti disitu, ia juga
menunjuk dirinya sendiri sebagai Kepala Komando Tentara Uganda. Ia
menempatkan hukum dan pengadilan militer diatas segala-galanya. Amin
membersihkan pasukan tentaranya dari pendukung Obote dengan melakukan
pembunuhan terhadap mereka tanpa ampun, korban terus jatuh tidak
terbatas pada pendukung Obote saja, namun meluas kepada orang-orang yang
dia anggap sebagai pembangkang atau musuhnya, mulai dari pemimpin
agama, senior politisi, hakim, pengacara bahkan artis atau homoseksual
dengan motif yang semakin tidak jelas (motif jiwa kriminal yang
dimilikinya dan sekedar keinginan untuk menghabisi orang-orang
tertentu). Salah satu kegilaan yang sering diberitakan adalah
kebiasaannya memakan daging musuhnya atau yang membangkang terhadap
dirinya, terkadang ia berikan sebagai makanan untuk buaya peliharaannya.
Ia membuat berbagai slogan untuk dirinya sendiri, mulai dari "Penguasa
Kerajaan Inggris", "Presiden Seumur Hidup" dan lain sebagainya. Ia
melarang orang Asia datang ke Uganda hanya karena seorang wanita dari
keluarga penting di Asia menolak untuk dinikahi. Ia mengklaim dirinya
sebagai Raja Skotlandia yang tidak bermahkota dan menulis surat cinta
untuk Ratu Elizabeth II. Media massa internasional seringkali
menyebutnya dengan diktaktor eksentrik karena berbagai perkataan dan
perbuatannya yang tergolong "gila".
Kediktaktorannya berakhir ketika
ia melarikan diri dari serangan balasan Tanzania ke Lybia, negara yang
dimpimpin sekutunya, Khadafi. Dan kemudian menghabiskan sisa hidupnya
dalam pengasingan di Saudi Arabia ditemani salah satu istrinya hingga
meninggal dan dikuburkan di kota Jeddah, Saudi Arabia.
4. Muammar Qaddafi
Muammar Qaddafi adalah diktaktor Libya yang mulai berkuasa pada tahun
1969 setelah berhasil merebut kekuasaan dari Raja Idris di tahun yang
sama. Ia memulai karir politiknya dengan bergabung dengan akademi
militer Libya pada tahun 1961 dan mendapatkan traning militer lanjutan
di suatu tempat di negara Inggris.
Selama pemerintahannya Qaddafi
menutup semua akses komunikasi dengan dunia barat, komunikasi politik
dengan negara-negara barat akan diganjar hukuman 3 tahun penjara. Bahasa
Inggris dan Perancis dikeluarkan dari kurikulum sekolah sehingga hampir
semua rakyatnya tidak dapat berkomunikasi selain dengan bahasa Arab.
Qaddafi telah melakukan banyak pembunuhan di luar negaranya, ia membunuh
seorang mahasiswa asal Lybia yang bersekolah di Colorado State
University, Amerika dan menembaki orang Lybia yang sedang mencari
perlindungan di London sehingga akhirnya Inggris memutuskan hubungan
diplomatik dengan negaranya.Ia juga pernah membicarakan tentang rencana
pembunuhan terhadap Presiden Amerika, Ronald Reagan yang mengakibatkan
penolakan paspor Lybia masuk ke Amerika.
Yang paling kontroversial
dari Qaddafi adalah pasukan bodyguard-nya yang semuanya adalah wanita
perawan, yang dilatih secara militer dan disiapkan untuk berani mati
melindungi sang presiden. Ia pernah memberikan pidato di Italia, dimana
semua hadirinnya adalah wanita dan menjelaskan mengapa negara-negara
Eropa harusnya membayar dia 5 trilyun euro. Ia juga pernah berpidato
dalam sidang PBB selama hampir 2 jam dan salah satu hal gila yang
disampaikan adalah dukungannya terhadap para bajak laut Somalia yang
terkenal sadis. Qaddafi mengklaim bahwa Israel-lah yang bertanggung
jawab terhadap pembunuhan JFK, juga menyebut Barrack Obama, "My Son".
Kediktaktorannya baru saja berakhir di bulan April 2011, setelah rakyat
Lybia melakukan revolusi dan mengusir Qaddafi dari istananya.
5. Yahya Jammeh
Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia, sebuah negara kecil di Afrika
Barat. Jammeh menggantikan Jawara, presiden yang telah memimpin Gambia
sebelumnya selama hampir 30 tahun, yang diturunkan melalui kudeta pada
tahun 1994. Jammeh naik ke kursi kepresidenan setelah memenangkan
pemilihan umum secara mutlak pada tahun 1996 dan terpilih kembali pada
tahun 2001. Pada tahun 2006 sempat diberitakan ada usaha untuk melakukan
kudeta terhadap pemerintahan Jammeh, dipimpin oleh Kolonel Ndure Cham
namun berhasil digagalkan. Mereka yang terlibat dalam aksi ini berhasil
ditangkap dan dihukum, empat orang diantaranya diganjar hukuman penjara
seumur hidup. Jammeh kemudian terpilih kembali menjadi presiden pada
tahun 2006.
Selama pemerintahannya, ia banyak mengeluarkan aturan,
salah satunya adalah larangan terhadap kaum homoseksual yang akan
mengakibatkan hukuman penggal kepala bagi siapapun yang diketahui
memiliki hubungan sesama jenis, sempat diberitakan terjadi pembunuhan
terhadap seluruh kaum homo di negaranya dan ia juga memberikan ultimatum
bagi mereka untuk segera meninggalkan Gambia. Pada tahun 2007, ia
mengklaim dirinya menemukan obat herbal untuk penyakit AIDS dan asma dan
pasien yang menggunakan obat temuannya mengalami peningkatan kondisi
kesehatan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Gambia memegang peranan
penting dalam indutri penerbangan dunia karena penerbangan Atlantik
pertama dan penerbangan pertama dari Eropa Timur mendarat di Gambia,
selain itu ia mengatakan bahwa awalnya Gambia adalah negara terbesar di
Afrika namun pemerintahan Inggris mengubahnya menjadi negara kecil dan
menjual sebagian besar negara tersebut kepada Perancis.
Selama
pemerintahannya, kebebasan jurnalistik ditekan, hal ini dibuktikan
dengan kasus pembunuhan atas Deyda Hydara, editor dari tabloid The Point
yang tidak pernah terpecahkan. Ia memaksa para wartawan untuk mengikuti
perintah pemerintahan, ia mengatakan radio dan televisi terlalu banyak
bicara di negaranya. Pada tahun 2006, Ebrima Manneh, seorang wartawan
yang berusaha memberitakan siaran BBC yang mengkritisi, ditangkap dan
dipenjarakan atas perinta Jammeh.
Malangnya untuk rakyat Gambia, sampai saat ini, Jammeh masih berkuasa di negara tersebut.
6. Francisco Macias Nguema
Francisco Macias Nguema adalah Presiden Guinea Ekuatorial, sebuah
negara kecil di Afrika Tengah dengan pendapatan kapita yang cukup besar
namun tidak terdistribusi dengan rata karena 70% dari rakyatnya masih
hidup dibawah garis kemiskinan. Francisco Macias Nguema memimpin negara
tersebut dari tahun 1968-1979, sebelumnya ia menjabat sebagai gubernur
dari kota Mongomo. Selama pemerintahannya, banyak diberitakan pembunuhan
atas lawan politiknya serta pelarangan penggunaan bahasa Spanyol
(negara ini sebelumnya merupakan koloni Spanyol).
Sepertiga dari
rakyatnya diberitakan melarikan diri ke negara lain selama
pemerintahannya. Banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan
Francisco Macias Nguema, diantaranya menutup semua rumah sakit yang ada
berkaitan dengan titel dirinya "Keturunan Dokter Penyihir (Dukun)". Ia
melarang penggunaan kata "intelektual" dan melarang orang untuk
memancing. Ia mengubah moto negaranya menjadi "Tidak ada Tuhan selain
Macias Nguema". Ia juga memerintahkan pembunuhan terhadap Kepala Bank di
negaranya serta menyembunyikan seluruh uang negara di rumahnya. Pada
hari Natal tahun 1975 ia memerintahkan pembunuhan terhadap 150 lawan
politiknya di lapangan sepak bola sambil memutar lagu Mary Hopkins yang
berjudul "Those Were the Days".
Ia mengubah undang-undang di
negaranya dan menjadikan dirinya sebagai sumber dari seluruh hukum yang
ada. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai raja seumur hidup. Ia
mengeluarkan undang undang baru antara lain, hukuman mati akan diberikan
kepada mereka yang dianggap mengancam presiden ataupun pemerintahan,
menghina atau melawan pemerintah akan dihukum 30 tahun penjara.
Keditaktorannya berakhir saat keponakannya, Teodoro Obiang Nguema,
melakukan kudeta pada bulan Agustus 1979, sang paman melarikan diri
bersama pasukan setianya namun berhasil ditangkap di hutan dan dilakukan
sidang militer atas dirinya dan diputuskan hukuman tembak mati, yang
disebut "101 times" (101 kali penembakan dilakukan sebagai hukuman), 2
orang dari tim pembelanya di persidangan dijatuhi hukuman penjara 30
tahun. Sampai saat ini negara Guinea Ekuatorial yang malang ini masih
dipimpin oleh keponakan ditaktor yang bahkan "sedikit" lebih gila
daripada pamannya.
7. Saparmurat Niyazov
Saparmurat Niyazov
adalah presiden seumur hidup dari Turkmenistan, sebuah negara di Asia
tengah. Niyazov memulai karir politiknya ketika menjadi sekretaris
pertama dari Partai Komunis Turkmenistan. Segera setelah negara ini
lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991, ia memimpin hingga ia meninggal
pada tahun 2006 lalu. Ia menamai dirinya sendiri Turkmenbashi, yang
artinya "Pemimpin Rakyat Turki". Media luar mengkritiknya sebagai salah
satu ditaktor yang paling korup dan represif, sebuah lembaga hak asasi
di London pernah memberitakan kekayaan yang dimiliki Niyazov dalam
bentuk valuta asing diduga lebih dari 3 juta dolar Amerika tersimpan di
bank-bank Belanda dan Jerman.
Salah satu kegilaan sang presiden yang
terkenal adalah menamai bulan di kalender dengan namanya dan nama
keluarganya. Ia melarang penggunaan rekaman lagu maupun musik dengan
alasan akan merusak perkembangan seni musik, ia melarang anjing
berkeliaran di Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan karena baunya yang
tidak enak. Ia memerintahkan pembangunan ring es skating agar mereka
yang hidup di gurun dapat belajar dan dapat melakukan es skating.
Setelah dirinya berhenti merokok pada tahun 1997 akibat operasi jantung
yang dilakukan, ia memberlakukan pelarangan merokok di seluruh tempat
umum, termasuk larangan mengunyah tembakau (menyirih) di seluruh kawasan
negaranya. Ia juga melakukan pelarangan atas opera, balet dan sirkus di
tahun 2001. Seluruh reporter dan pembawa berita wanita di televisi
tidak diperbolehkan menggunakan make up karena menurutnya, seluruh
wanita di negaranya sudah cantik tanpa make up.
Pada tahun 2004
beredar leaflet di Ashgabat yang berisi ajakan penggulingan dan sidang
terhadap Niyazov, para pejabat tidak berhasil menghentikan kampanye
tersebut sehingga Niyazov memecat Perdana Menteri Internal dan Direktur
Kepolisian melalui siaran televisi nasional. Setelah itu, ia
memerintahkan pemasangan kamera pengawas (CCTV) di jalan-jalan utama
ibukota negara.
Keditaktorannya berakhir pada bulan Desember 2006,
televisi nasional mengumumkan kematian sang presiden akibat serangan
jantung. Ia dimakamkan di makam keluarga yang telah disiapkan di kota
kelahirannya, sekitar 7 km dari ibukota negara.
1. Nicolae Ceausescu
Nicolae Ceausescu adalah Sekretaris Jendral dari Partai Komunis Romania pada tahun 1965-1989. Lahir dari keluarga petani sederhana pada tahun 1918. Pada usia 11 tahun, ia bekerja pada sebuah pabrik di kota Bucharest dan mulai aktif mengikuti kegiatan kaum sosialis. Di awal tahun 1930-an, ia bergabung dengan gerakan revolusi kelas pekerja. ia sering keluar masuk penjara karena kegiatan pemborantakannya ini. Dan di penjara inilah, ia bertemu dengan Gheorghiu-Dej, pemimpin gerakan komunis Romania yang kemudian berhasil menggulingkan pemerintahan Romania saat itu. Pada tahun 1965, Gheorghiu-Dej ditemukan meninggal mendadak dan memberikan tempat kepada Ceausescu untuk memimpin Romania. Ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja sehingga memiliki kekuasaan absolut, sangat bertolak belakang dengan aliran komunisme yang dianut partainya, yang tidak mengakui aliran monarki/kerajaan. I menyebut dirinya "The Genius of The Carpathians".
Saat negaranya merasakan kemiskinan akibat hutang luar negeri yang sangat tinggi, dimana rakyat sampai harus antri untuk mendapatkan roti, Ceausescu hidup berlimpah tanpa kekurangan makanan. Ia juga memerintahkan untuk membangun gedung terbesar di dunia untuk parlemen, yang oleh pemerintahan sekarang pun hanya digunakan 30% dari gedung tersebut saking besarnya.Kegilaan lainnya, Ceausescu menuntut semua ilmuwan di Romania untuk menyertakan nama istrinya dalam semua penelitian mereka, padahal istrinya bukan seorang ilmuwan atau yang berpendidikan tinggi, istrinya malah cenderung buta huruf. Ia juga mengklaim anaknya, Nicu telah menerbitkan beberapa penelitian mengenai Fisika Nuklir.
Kediktaktorannya berakhir setelah rakyat melakukan revolusi pada Desember 1989, Ceausescu dan istrinya berusaha melarikan diri namun akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman tembak mati dan merupakan hukuman tembak mati terakhir karena pada tahun 1990 hukuman dengan cara tersebut dilarang oleh pemerintah Romania.
2. Rafael Trujillo
Rafael Trujillo merupakan diktaktor dari Republik Dominica, salah satu negara di kepulauan Karibia. Ia berkuasa sebagai presiden dari tahun 1930-1938 kemudian berkuasa kembali pada tahun 1932 hingga 1942. Ia merupakan salah satu dari sekian diktaktor yang mengklaim dirinya adalah Tuhan kepada rakyatnya. Ia memerintahkan semua gereja memasang tulisan "God in Heaven, Trujillo on Earth". Ia menyelenggarakan sebuah acara bernilai 30 juta US dollar dengan nama "Fair of Peace and Fraternity of the Free World" dan dalam acara tersebut, ia menunjuk putrinya sebagai Ratu (Queen). Ia juga menunjuk putranya yang berumur 3 tahun sebagai Kolonel. Ia melakukan kampanye untuk istrinya agar terpilih untuk mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang Sastra, meskipun istrinya buta huruf. Ia mengeluarkan aturan semua plat mobil harus bertuliskan "Viva Trujillo" dan yang tak kalah gilanya, ia mempromosikan putranya yang masih sangat muda menjadi seorang Jendral.
Salah satu kebijakannya yang terkenal adalah "open door policy", kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan pengungsi Yahudi dari Eropa, pengungsi Jepang dan Spanyol. Dengan kebijakan tersebut sebetulnya ia juga mengembangkan kebijakan unik mengenai rasisme di negaranya, yang dikenal dengan "antihaitinismo (anti haiti)", targetnya adalah menghabisi orang-orang Haiti berkulit hitam, termasuk juga rakyat Dominica yang berkulit lebih gelap. Pada tahun 1937, ia memerintahkan untuk menyerang perbatasan Haiti dan membunuh lebih dari 10 ribu rakyat Haiti yang mencoba melarikan diri. Jumlah korban secara pasti sampai saat ini tidak dapat dipastikan, diperkirakan 20 ribu sampai dengan 30 ribu orang. Penyerangan ini disebut dengan Pembantaian Parsley.
Kediktatorannya berakhir ketika ia dibunuh pada 30 Mei 1961 oleh sekumpulan orang yang berjumlah 11 orang, yang menurut penelusuran diotaki oleh CIA, Amerika Serikat, meskipun tentunya disanggah oleh pihak CIA.
3. Idi Amin
Idi Amin adalah diktaktor dari Uganda, Afrika yang berkuasa pada tahun 1971-1979. Ia memulai karir politiknya ketika ia bergabung dengan King's African Rifles (KAR), tentara koloni Inggris di Afrika. Ia menggulingkan Perdana Mentri Milton Obote dengan tuduhan korupsi, ia bersama tentara yang pro kepadanya menyegel Bandara Udara Enttebe ketika sang Perdana Mentri menghadiri kongres Commonwealth di Singapura.
Seminggu setelah kudeta yang dilakukannya, Amin mengangkat dirinya sendiri sebagai Presiden Uganda. Tidak hanya berhenti disitu, ia juga menunjuk dirinya sendiri sebagai Kepala Komando Tentara Uganda. Ia menempatkan hukum dan pengadilan militer diatas segala-galanya. Amin membersihkan pasukan tentaranya dari pendukung Obote dengan melakukan pembunuhan terhadap mereka tanpa ampun, korban terus jatuh tidak terbatas pada pendukung Obote saja, namun meluas kepada orang-orang yang dia anggap sebagai pembangkang atau musuhnya, mulai dari pemimpin agama, senior politisi, hakim, pengacara bahkan artis atau homoseksual dengan motif yang semakin tidak jelas (motif jiwa kriminal yang dimilikinya dan sekedar keinginan untuk menghabisi orang-orang tertentu). Salah satu kegilaan yang sering diberitakan adalah kebiasaannya memakan daging musuhnya atau yang membangkang terhadap dirinya, terkadang ia berikan sebagai makanan untuk buaya peliharaannya.
Ia membuat berbagai slogan untuk dirinya sendiri, mulai dari "Penguasa Kerajaan Inggris", "Presiden Seumur Hidup" dan lain sebagainya. Ia melarang orang Asia datang ke Uganda hanya karena seorang wanita dari keluarga penting di Asia menolak untuk dinikahi. Ia mengklaim dirinya sebagai Raja Skotlandia yang tidak bermahkota dan menulis surat cinta untuk Ratu Elizabeth II. Media massa internasional seringkali menyebutnya dengan diktaktor eksentrik karena berbagai perkataan dan perbuatannya yang tergolong "gila".
Kediktaktorannya berakhir ketika ia melarikan diri dari serangan balasan Tanzania ke Lybia, negara yang dimpimpin sekutunya, Khadafi. Dan kemudian menghabiskan sisa hidupnya dalam pengasingan di Saudi Arabia ditemani salah satu istrinya hingga meninggal dan dikuburkan di kota Jeddah, Saudi Arabia.
4. Muammar Qaddafi
Muammar Qaddafi adalah diktaktor Libya yang mulai berkuasa pada tahun 1969 setelah berhasil merebut kekuasaan dari Raja Idris di tahun yang sama. Ia memulai karir politiknya dengan bergabung dengan akademi militer Libya pada tahun 1961 dan mendapatkan traning militer lanjutan di suatu tempat di negara Inggris.
Selama pemerintahannya Qaddafi menutup semua akses komunikasi dengan dunia barat, komunikasi politik dengan negara-negara barat akan diganjar hukuman 3 tahun penjara. Bahasa Inggris dan Perancis dikeluarkan dari kurikulum sekolah sehingga hampir semua rakyatnya tidak dapat berkomunikasi selain dengan bahasa Arab. Qaddafi telah melakukan banyak pembunuhan di luar negaranya, ia membunuh seorang mahasiswa asal Lybia yang bersekolah di Colorado State University, Amerika dan menembaki orang Lybia yang sedang mencari perlindungan di London sehingga akhirnya Inggris memutuskan hubungan diplomatik dengan negaranya.Ia juga pernah membicarakan tentang rencana pembunuhan terhadap Presiden Amerika, Ronald Reagan yang mengakibatkan penolakan paspor Lybia masuk ke Amerika.
Yang paling kontroversial dari Qaddafi adalah pasukan bodyguard-nya yang semuanya adalah wanita perawan, yang dilatih secara militer dan disiapkan untuk berani mati melindungi sang presiden. Ia pernah memberikan pidato di Italia, dimana semua hadirinnya adalah wanita dan menjelaskan mengapa negara-negara Eropa harusnya membayar dia 5 trilyun euro. Ia juga pernah berpidato dalam sidang PBB selama hampir 2 jam dan salah satu hal gila yang disampaikan adalah dukungannya terhadap para bajak laut Somalia yang terkenal sadis. Qaddafi mengklaim bahwa Israel-lah yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan JFK, juga menyebut Barrack Obama, "My Son".
Kediktaktorannya baru saja berakhir di bulan April 2011, setelah rakyat Lybia melakukan revolusi dan mengusir Qaddafi dari istananya.
5. Yahya Jammeh
Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia, sebuah negara kecil di Afrika Barat. Jammeh menggantikan Jawara, presiden yang telah memimpin Gambia sebelumnya selama hampir 30 tahun, yang diturunkan melalui kudeta pada tahun 1994. Jammeh naik ke kursi kepresidenan setelah memenangkan pemilihan umum secara mutlak pada tahun 1996 dan terpilih kembali pada tahun 2001. Pada tahun 2006 sempat diberitakan ada usaha untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Jammeh, dipimpin oleh Kolonel Ndure Cham namun berhasil digagalkan. Mereka yang terlibat dalam aksi ini berhasil ditangkap dan dihukum, empat orang diantaranya diganjar hukuman penjara seumur hidup. Jammeh kemudian terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 2006.
Selama pemerintahannya, ia banyak mengeluarkan aturan, salah satunya adalah larangan terhadap kaum homoseksual yang akan mengakibatkan hukuman penggal kepala bagi siapapun yang diketahui memiliki hubungan sesama jenis, sempat diberitakan terjadi pembunuhan terhadap seluruh kaum homo di negaranya dan ia juga memberikan ultimatum bagi mereka untuk segera meninggalkan Gambia. Pada tahun 2007, ia mengklaim dirinya menemukan obat herbal untuk penyakit AIDS dan asma dan pasien yang menggunakan obat temuannya mengalami peningkatan kondisi kesehatan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Gambia memegang peranan penting dalam indutri penerbangan dunia karena penerbangan Atlantik pertama dan penerbangan pertama dari Eropa Timur mendarat di Gambia, selain itu ia mengatakan bahwa awalnya Gambia adalah negara terbesar di Afrika namun pemerintahan Inggris mengubahnya menjadi negara kecil dan menjual sebagian besar negara tersebut kepada Perancis.
Selama pemerintahannya, kebebasan jurnalistik ditekan, hal ini dibuktikan dengan kasus pembunuhan atas Deyda Hydara, editor dari tabloid The Point yang tidak pernah terpecahkan. Ia memaksa para wartawan untuk mengikuti perintah pemerintahan, ia mengatakan radio dan televisi terlalu banyak bicara di negaranya. Pada tahun 2006, Ebrima Manneh, seorang wartawan yang berusaha memberitakan siaran BBC yang mengkritisi, ditangkap dan dipenjarakan atas perinta Jammeh.
Malangnya untuk rakyat Gambia, sampai saat ini, Jammeh masih berkuasa di negara tersebut.
6. Francisco Macias Nguema
Francisco Macias Nguema adalah Presiden Guinea Ekuatorial, sebuah negara kecil di Afrika Tengah dengan pendapatan kapita yang cukup besar namun tidak terdistribusi dengan rata karena 70% dari rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Francisco Macias Nguema memimpin negara tersebut dari tahun 1968-1979, sebelumnya ia menjabat sebagai gubernur dari kota Mongomo. Selama pemerintahannya, banyak diberitakan pembunuhan atas lawan politiknya serta pelarangan penggunaan bahasa Spanyol (negara ini sebelumnya merupakan koloni Spanyol).
Sepertiga dari rakyatnya diberitakan melarikan diri ke negara lain selama pemerintahannya. Banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Francisco Macias Nguema, diantaranya menutup semua rumah sakit yang ada berkaitan dengan titel dirinya "Keturunan Dokter Penyihir (Dukun)". Ia melarang penggunaan kata "intelektual" dan melarang orang untuk memancing. Ia mengubah moto negaranya menjadi "Tidak ada Tuhan selain Macias Nguema". Ia juga memerintahkan pembunuhan terhadap Kepala Bank di negaranya serta menyembunyikan seluruh uang negara di rumahnya. Pada hari Natal tahun 1975 ia memerintahkan pembunuhan terhadap 150 lawan politiknya di lapangan sepak bola sambil memutar lagu Mary Hopkins yang berjudul "Those Were the Days".
Ia mengubah undang-undang di negaranya dan menjadikan dirinya sebagai sumber dari seluruh hukum yang ada. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai raja seumur hidup. Ia mengeluarkan undang undang baru antara lain, hukuman mati akan diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam presiden ataupun pemerintahan, menghina atau melawan pemerintah akan dihukum 30 tahun penjara.
Keditaktorannya berakhir saat keponakannya, Teodoro Obiang Nguema, melakukan kudeta pada bulan Agustus 1979, sang paman melarikan diri bersama pasukan setianya namun berhasil ditangkap di hutan dan dilakukan sidang militer atas dirinya dan diputuskan hukuman tembak mati, yang disebut "101 times" (101 kali penembakan dilakukan sebagai hukuman), 2 orang dari tim pembelanya di persidangan dijatuhi hukuman penjara 30 tahun. Sampai saat ini negara Guinea Ekuatorial yang malang ini masih dipimpin oleh keponakan ditaktor yang bahkan "sedikit" lebih gila daripada pamannya.
7. Saparmurat Niyazov
Saparmurat Niyazov adalah presiden seumur hidup dari Turkmenistan, sebuah negara di Asia tengah. Niyazov memulai karir politiknya ketika menjadi sekretaris pertama dari Partai Komunis Turkmenistan. Segera setelah negara ini lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991, ia memimpin hingga ia meninggal pada tahun 2006 lalu. Ia menamai dirinya sendiri Turkmenbashi, yang artinya "Pemimpin Rakyat Turki". Media luar mengkritiknya sebagai salah satu ditaktor yang paling korup dan represif, sebuah lembaga hak asasi di London pernah memberitakan kekayaan yang dimiliki Niyazov dalam bentuk valuta asing diduga lebih dari 3 juta dolar Amerika tersimpan di bank-bank Belanda dan Jerman.
Salah satu kegilaan sang presiden yang terkenal adalah menamai bulan di kalender dengan namanya dan nama keluarganya. Ia melarang penggunaan rekaman lagu maupun musik dengan alasan akan merusak perkembangan seni musik, ia melarang anjing berkeliaran di Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan karena baunya yang tidak enak. Ia memerintahkan pembangunan ring es skating agar mereka yang hidup di gurun dapat belajar dan dapat melakukan es skating. Setelah dirinya berhenti merokok pada tahun 1997 akibat operasi jantung yang dilakukan, ia memberlakukan pelarangan merokok di seluruh tempat umum, termasuk larangan mengunyah tembakau (menyirih) di seluruh kawasan negaranya. Ia juga melakukan pelarangan atas opera, balet dan sirkus di tahun 2001. Seluruh reporter dan pembawa berita wanita di televisi tidak diperbolehkan menggunakan make up karena menurutnya, seluruh wanita di negaranya sudah cantik tanpa make up.
Pada tahun 2004 beredar leaflet di Ashgabat yang berisi ajakan penggulingan dan sidang terhadap Niyazov, para pejabat tidak berhasil menghentikan kampanye tersebut sehingga Niyazov memecat Perdana Menteri Internal dan Direktur Kepolisian melalui siaran televisi nasional. Setelah itu, ia memerintahkan pemasangan kamera pengawas (CCTV) di jalan-jalan utama ibukota negara.
Keditaktorannya berakhir pada bulan Desember 2006, televisi nasional mengumumkan kematian sang presiden akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di makam keluarga yang telah disiapkan di kota kelahirannya, sekitar 7 km dari ibukota negara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar